Wahai akhi,
Engkau memang bukanlah orang
pertama yang ku miliki rasa seperti ini, sebuah rasa yang menggebu dan mebuatku
tersenyum dalam sendiri. Rasa yakin yang begitu kuat bahkan disaat pertemuan
kita masih menjadi rahasia.
Wahai akhi,
Terkadang ada rasa yang begitu
membuatku takut. Apakah pertemuan kita akan terjadi? Apakah doaku akan segera
terwujud? Apakah kita bisa bersama meniti jalan kehidupan ini untuk menggapai
ridho-Nya?
Wahai akhi,
Sesungguhnya ada rasa yang
bercampur aduk di hatiku. Konflik batin. Ya, ku namai itu konflik batin.
Tahukah engkau mengapa ku sebut begitu? Hmm…tentulah tidak. Tapi akan ku
ceritakan kepadamu.
Wahai akhi,
Di satu sisi aku memang
mengharapkan pertemuan kita, aku mengharapkanmu, ingin bersamamu. Aku selalu
bermimpi untuk bisa ada di sampingmu ketika engkau butuh sebuah sandaran atau
tepukan untuk menguatkanmu. Namun, disisi lain ada kecamuk di dalam hatiku,
perasaan bersalah dengan keyakinan yang aku jalani, yang ku bangun selama ini.
Hijrah. Istiqomah. Ya, dua kata yang sedang ku usahakan. Engkau harus tahu
betapa beratnya, sulitnya untuk bisa menjalani itu.
Aku takut kehilanganmu, tapi aku
juga takut dengan perasaanku itu. Takut jikalau Dia yang menguasai hatiku ini
tak menyukai itu. Terkadang aku diselimuti kebingungan harus mengikuti nafsuku
atau keyakinanku.
Wahai akhi,
Engkau pun harus tahu betapa
berat perasaanku ketika harus merelakanmu dan memasrahkan semuanya pada Dia.
Tapi aku sadar aku hanya manusia yang tak punya kuasa terhadap diriku sendiri.
Aku ada dalam genggaman-Nya. Aku takut Dia menjauh dariku dan membiarkanku
tersesat dalam nafsuku. Aku takut keyakinanku terampas oleh nafsuku.
Wahai akhi,
Akhirnya ku sadari. Sesungguhnya
hanya Dia-lah yang mengetahui yang terbaik untuk kita. Jika melepasmu adalah
yang terbaik maka itulah yang harus ku lakukan. Jikalau jodoh toh tak akan
kemana, begitu kan yang kebanyakan orang katakan?. Aku hanya bisa berusaha,
berdoa dan bertawakal. Cukuplah hanya Dia yang mengetahui perasaanku. Cukuplah
dengan berdoa kepada-Nya. Harapanku adalah tetap bisa sabar dan ikhlas terhadap
ketentuan-Nya. Inilah ikhtiarku untukmu.
Teruntuk seseorang yang masih ku
sebut namanya dalam doa.
No comments:
Post a Comment