Friday, July 21, 2017

PUASA NADZAR

Puasa nadzar merupakan puasa yang dilaksanakan ketika kita menginginkan atau mengharapkan seuatu kemudian harapan tersebut terakabul. Maka ia wajib untuk membayar nadzar tersebut. Jika ia tidak mampu untuk membayar nadzar tersebut maka ia dikenai denda atau kaffarat. Pada dasarnya hukum puasa bernadzar adalah mubah atau boleh. Asalkan nadzar yang telah diucapkan harus dilaksanakan atau dipenuhi karena ia termasuk janji (yang menjadi hutang) kepada Allah SWT.

Allah Ta’ala berfirman,
“Apa saja yang kamu nafkahkan atau apa saja yang kamu nazarkan, maka sesungguhnya Allah mengetahuinya.” (QS. Al Baqarah: 270)

Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,
Barangsiapa yang bernazar untuk taat pada Allah, maka penuhilah nazar tersebut. Barangsiapa yang bernazar untuk bermaksiat pada Allah, maka janganlah memaksiati-Nya. ” (HR. Bukhari no. 6696)


Macam-macam puasa nadzar :
1. Puasa Nadzar Nafsi
Artinya melakukan puasa yang berkaitan dengan pribadi masing-masing orang. Puasa ini tidak untuk berjamaah, dan nadzar nafsi dilaksanakan apabila menginginkan sesuatu atau ber-nadzar. 
2. Puasa Nadzar Ahli
Artinya melakukan suatu puasa nadzar yang bekaitan dengan orang lain maksudnya bukan untuk dirinya sendiri. Misalnya: ada seseorang yang kita nadzarkan, dan dengan nadzar kita orang itu dari perbuatan yang tidak baik menjadi baik.
3.  Puasa Nadzar Juriat
Artinya melakukan sesuatu nadzar kepada tempat ibadah. Yang dimaksud tempat ibadah di sini ialah tempat-tempat yang suci seperti:
a.       Bernadzar ke Baitullah
b.      Bernadzar ke Masjid Nabawi
c.       Bernadzar ke Baitul Maqdis atau Masjidil Aqsha

Adapun denda/sanksi/kafarat bagi yang tidak mampu/sanggup melakukan puasa nadzar adalah seperti dibawah ini. Ia boleh memilih salah satu dari ketiga kaffarat dibawah ini.:

1. Membebaskan budak/hamba sahaya, namun untuk saat ini tidak ada budak, sehingga untuk menerapkan   kaffarat tersebut bisa dibilang sulit atau tidak bisa.
2. Memberi makan sepuluh fakir miskin, atau memberi pakaian mereka, seseuai dengan kadar makanan atau pakaian yang biasa ia berikan kepada keluarganya.
3. Berpuasa selama tiga hari dan tidak harus berturut-turut.


sumber: 
https://muslim.or.id
http://wajoo.blogspot.co.id



Wednesday, July 12, 2017

Sumber Keuangan Desa

Berdasarkan Undang-undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa 71 ayat 1 sumber pendapatan desa berasal dari:
  1.  pendapatan asli Desa terdiri atas hasil usaha, hasil aset, swadaya dan partisipasi, gotong royong, dan lain-lain pendapatan asli Desa;
  2. alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;
  3. bagian dari hasil pajak daerah dan retribusi daerah Kabupaten/Kota;alokasi dana Desa yang merupakan bagian dari dana perimbangan yang diterima Kabupaten/Kota;
  4. bantuan keuangan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi dan Anggaran
  5. Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota;
  6.  hibah dan sumbangan yang tidak mengikat dari pihak ketiga; dan
  7. lain-lain pendapatan Desa yang sah.

Rasa Kecewa Yang Mendalam Karena "PESANTREN IMPIAN"

PESANTREN IMPIAN

Entah bagaimana cara mengungkapkan rasa kecewa ini (aah lebay)....
Ia tapi saya benar-benar kecewa, kecewa yang teramat sangat dengan apa yang saya saksikan. Padahal sebelum itu sangat antusias saya ingin menyaksikan film yang sudah saya tunggu-tunggu jauh sebelum ada info bahwa novel yang sangat bagus tersebut akan difilmkan. Aaaaah tetapi sungguh saya kecewa (entahlah Mbak Asma Nadia apakah sekecewa saya atau entahlah apakah ada orang lain yang juga sekecewa saya) ketika menyaksikan film dengan novel jauh berbeda.

Flashback,,,,

Melihat ke belakang, saya membaca novel ini ketika saya masih duduk di kelas 2 bangku  SMP. Tapi waktu itu bukan berbentuk novel melainkan cerita berseri di sebuah majalah remaja islami (Majalah ANNIDA #ada yang tahu?????). Ya kalau banyak yang nggak tahu saya juga maklum, karena susah banget nyarinya jaman sekarang. Ketika itu saya membaca (pesantren impian) pun nggak dari awal cerita dan nggak sampai tamat juga. Saya ingat saya membaca hanya beberapa serinya saja, setelah itu berhenti karena tak saya jumpai majalahnya lagi. Sejak itu saya selalu terbayang-bayang (kayak terbayang sama mantan) apa ending dari cerita tersebut..sampai ketika saya kuliah saya cari novel pesantren impian tersebut di perpustakaan dan tempat peminjaman buku, kagak ketemu mak (giiilaaak misterius banget kayak ceritanya).

Baru di tahun 2015 akhirnya ku menmukanmu (nyanyi ding). Ia pada akhirnya penantian panjang setelah sekian lama mencari-cari, novel tersebut saya temukan di facebook (ooooowhh facebook sungguh engkau berjasa karena telah mempertemukan kami).Singkat cerita akhirnya saya mencoba memesan novel tersebut bersama dengan novel yang lainnya (Surga yang Tak Dirindukan dan Cinta Di Ujung Sajadah).

Setelah beberapa hari sampai juga novel yang ditunggu-tunggu, langsung tak sikat (#baca). Tidak butuh waktu yang lama untuk membaca novel tersebut. Cukup 1 hari setengah kelar (seketika ingat malas baca buku pelajaran dan ngaji huhuhuhu). Akhirnya rasa penasaran terhadap ending novel tersebut terobati sudah walaupun masih bertanya-tanya siapakah si gadis sebenarnya (yang pernah baca novel ini pasti paham apa yang saya oceh susahnya menebak-nebak siapakah si gadis, Inong kah???).

Disini saya bukan untuk meresume novel ataupun meriview "PESANTREN IMPIAN", tetapi saya hanya menuliskan kekecewaan saya antara novel dengan film.

Sungguh saya kecewa, tak seperti bayangan saya. Sungguh saya kecewwa (entah berapa kali saya harus katakan). Sungguh saya kecewa. Baca novelnya dan tontonlah filmnya agar kalian bisa mengerti apa yang saya rasakan, karena teman saya juga kecewa setelah itu.

Sebenarnya tak dipungkiri setiap novel yang difilmkan pastilah akan ada perubahan-perubahan.  Entah itu dari ceritanya, bahasanya, ataupun karakter tokohnya. Tapi sayangnya di film ini terlalu jauh perubahannya sehingga inti dari novel pun tidak tersampaikan.

Di filmn ceritanya malah jadi kayak horor gitu, ada tokoh-tokoh yang tidak ada di novel, karakter-karakter orangnya juga berbeda. Jika saya tidak pernah membaca novel “Pesantren Impian” sebelumnya mungkin saya akan mengatakan film ini bagus. Tapi sayangnya saya sudah membaca novel ini jauh sebelum menonton filmnya. Sehingga ketika menyaksikan filmnya yang tidak sesuai ekspetasi saya, saya menjadi kecewa. Kog jadi gini ya jalan cerita di filmnya, kog beda banget ya dengan di novel?. Huuuhhh pokoknya saya kecewa. Sehingga saya pun berpesan kepada saya, bahwa jangan pernah berharap pada sesuatu secara berlebihan. Jangan berharap bahwa sesuatu itu akan sesuai dengan apa yang kamu harapkan. Karena kecewa yang akan kamu temui. Hahaha


udahlah segitu aja menggambarkan kekecewaan saya...

Pada Intinya : COBA BACA NOVELNYA DULUAN BARU NONTON FILMNYA...






Postingan Terakhir

PENGALAMAN TES CPNS KPU TA 2018