Assalamu’alaikum wr
wb,
Kepada seseorang yang akan saya hormati sampai kapanpun, Yudin Ashima (benar kan nama itu ya?)
Surat ini sengaja
saya tulis sebelum saya pergi.
Surat ini mungkin
terasa sangat panjang dan melelahkan untuk dibaca. Tapi saya berharap Abang
akan membacanya di waktu luang. Akhir-akhir ini saya tidak bisa tidur lebih
awal seperti biasanya. Saya baru bisa tertidur diatas jam 12 malam bahkan
pernah baru bisa tertidur jam 2 lewat. Itu sangat melelahkan. Karena
akhir-akhir ini saya semakin sering terpikirkan denganmu. Semuanya berkecamuk sehingga
membuatku gelisah.
Teringat perkenalan
pertama kita. Pada waktu itu saya yang pertama menghubungi. Karena kata Bang
Markus, Abang adalah seorang yang pemalu untuk memulai hmm nak jadi ape jak..
Sejak mendengar
namamu, hati saya langsung tertarik dan penasaran. Mulai saya mencari tahu dan
bertanya tentang Fb-mu tetapi saya
mendapatkan alamat yang salah. Semalaman saya mencari dengan nama asli Abang
sampai mataku jadi linu tapi tidak ketemu juga. Aaahh untunglah saya ini cerdas
(muji diri sendiri boleh donk hahaha) akalku bermain menggunakan nomor untuk
menemukan Fb-mu. Sebenarnya untuk mengetahui diri Abang itu seperti apa (yah,
sebelum memutuskan untuk berkenalan saya harus tahu dulu orangnya). Akhirnya
ketemu juga. Pertama lihat , oohh dewasa sekali (silahkan baca tua hahaha)
(maaf Bang). Tapi yang tua seperti inilah yangs saya suka. Berkharisma dengan
mata yang sendu seperti menyimpan sebuah rahasia.
Perkenalan yang
ditengarai oleh comblangan itu pada awalnya sangat menggelikan bagiku. Bagaimana tidak, kita tho masih keluarga
meskipun sudah jauh. Pun ketika itu saya tidak bermaksud untuk membangun rasa
untuk Abang, tapi seiring berjalnnya waktu rasa muncul dengan sendiri. Hingga
saya tak kuasa terus menenggelamkannya.
Komunikasi mulai
terbangun meski pada awalnya malu-malu. Rasanya mendebarkan setiap kali Abang
menghubingi saya. Dan ingin selalu mendengar suaramu. Meski mungkin Abang
menelfon karena saya paksa (smoga asumsi saya salah). Tapi sempat terpikirkan
Abang nelfon karena hanya untuk habiskan sisa bonus nelfon saja. Dan saya
pernah menyampaikan itu kepada Abang. Kemudian Abang bilang, masa sisa masih
banyak (maafkan saya ya Bang).
Terkadang Abang
bernyanyi ketika sedang menelfon…ooohhh itu membuatku bahagia tiada terkira
(aneh ya). Saya hanya bisa tersenyum dan cekikikan dalam hati (suaramu biasa
aja Bang hahaha tapi menghangatkan di hati) dan perasaan itu lebih dari apapun.
Ketika sedang
sendirian, acap kali saya seperti orang gila yang hobinya senyum-senyum
sendiri. Memandang potretmu, hanya itu obat rinduku. Ia, rindu. Rindu yang
datang menyelimuti hatiku. Terasa hangat dan mendebarkan. Jika Abang pernah
merasakan rindu kepada seseorang. Yah, begitulah rasanya.
Saya berpikir Abang
bukanlah sosok yang gampang terbuka kepada seseorang dan itu agak sulit bagiku
untuk masuk. Saya pun tak bisa menebak-nebak seperti apa diri Abang. Karena tho
kita belum pernah bertemu dan bertatap muka jadi hal itu semakin sulit. Sedih
rasanya jika membayangkan kita tidak akan pernah bertemu. Padahal ingin rasanya
memelukmu dari belakang hahaha. (coba Abang pejamkan mata dan bayangkan itu.
Apa engkau bisa merasakannya?).
Pada waktu Abang
pergi ke Afrika saya senang Abang masih memberitahu saya ketika sudah sampai di
Dubai. Awalnya saya pikir komunikasi kita akan terputus sama sekali (untung ada
WA, terimaksih WA).
Teringat untuk
pertama kali kita video call. Saya sangat malu pada waktu itu.Untuk menatap
layar Hp pun rasa tak sanggup sesungguhnya, makanya saya sampai ngumpet-ngumpet
di balik kain. Saya merasa tak cukup cantik untuk bertatap muka meski hanya
lewat Hp. Tapi Abang begitu santai, malah pakai baju nggak berlengan pula.
Jujur saya kaget lihatnya tapi saya berusaha bersikap biasa saja (tapi bang,
itu Nampak seksi).
Ingat nggak waktu itu
Abang ngejek, Abang bilang saya pakai lipstick. Uuhh saya malu sangat waktu itu
tapi saya berusaha bersikap santai. (Memangnya kenapa tho kalau saya pakai
lipstick, kan saya perempuan). Saya lipstick-an juga agar tampak sedikit berseri-seri gitu. Yah, ini kan
pertemuan pertama kita hahaha.
Aaah ia, bagaimana
kabar Abang sekarang? Bagaiamana keadaan Abang disana? Saya selalu berharap
Abang selalu dalam lindungan-Nya.
Sesungguhnya, saya
selalu penasaran dan ingin tahu semua tentang Abang. Apa yang sedang Abang
lakukan. Sesibuk apa abang disana. Seletih apa Abang seharian bekerja. Seberat
apa pekerjaan Abang. Bagaiaman dengan kesehatan Abang. Bagaimana dengan makanan
Abang. Bagaimana hubungan Abang dengan rekan kerja Abang. Apa yang Abang
lakukan di waktu luang. Bagaimana ibadah Abang.Semua itu ingin saya tanyakan
tetapi urung saya lakukan karena saya tau Abang tidak akan nyaman dengan
pertanyaan-pertanyaan saya.
Bang, terkadang saya
merasa putus asa memikirkan apakah kita akan bisa bertemu suatu hari nanti.
Terlebih dengan sifat cuek Abang itu semakin membuat saya pesimis. Apakah Abang
pernah terbesit sedikit saja tentang saya? Hmmm….jika pernah alangkah
bahagianya hati saya meskipun itu tidak saya ketahui juga..
Ya, segini aja dulu
yang bisa saya sampaikan, meskipun sebenarnya ada banyak yang ingin saya katakana.
Jika Allah mengizinkan mari nanti kita saling bercerita tentangmu, tentangku
dan tentang kita ehem..
Pangkalpinang,
30 Januari 2018