PESANTREN IMPIAN
Entah bagaimana cara mengungkapkan rasa
kecewa ini (aah lebay)....
Ia tapi saya benar-benar kecewa, kecewa
yang teramat sangat dengan apa yang saya saksikan. Padahal sebelum itu sangat
antusias saya ingin menyaksikan film yang sudah saya tunggu-tunggu jauh sebelum
ada info bahwa novel yang sangat bagus tersebut akan difilmkan. Aaaaah tetapi
sungguh saya kecewa (entahlah Mbak Asma Nadia apakah sekecewa saya atau
entahlah apakah ada orang lain yang juga sekecewa saya) ketika menyaksikan film
dengan novel jauh berbeda.
Flashback,,,,
Melihat ke belakang, saya membaca novel
ini ketika saya masih duduk di kelas 2 bangku SMP. Tapi waktu itu bukan
berbentuk novel melainkan cerita berseri di sebuah majalah remaja islami
(Majalah ANNIDA #ada yang tahu?????). Ya kalau banyak yang nggak tahu saya juga
maklum, karena susah banget nyarinya jaman sekarang. Ketika itu saya membaca
(pesantren impian) pun nggak dari awal cerita dan nggak sampai tamat juga. Saya
ingat saya membaca hanya beberapa serinya saja, setelah itu berhenti karena tak
saya jumpai majalahnya lagi. Sejak itu saya selalu terbayang-bayang (kayak
terbayang sama mantan) apa ending dari cerita tersebut..sampai ketika saya
kuliah saya cari novel pesantren impian tersebut di perpustakaan dan tempat
peminjaman buku, kagak ketemu mak (giiilaaak misterius banget kayak ceritanya).
Baru di tahun 2015 akhirnya ku menmukanmu
(nyanyi ding). Ia pada akhirnya penantian panjang setelah sekian lama
mencari-cari, novel tersebut saya temukan di facebook (ooooowhh facebook
sungguh engkau berjasa karena telah mempertemukan kami).Singkat cerita
akhirnya saya mencoba memesan novel tersebut bersama dengan novel yang lainnya
(Surga yang Tak Dirindukan dan Cinta Di Ujung Sajadah).
Setelah beberapa hari sampai juga novel
yang ditunggu-tunggu, langsung tak sikat (#baca). Tidak butuh waktu yang lama
untuk membaca novel tersebut. Cukup 1 hari setengah kelar (seketika ingat malas
baca buku pelajaran dan ngaji huhuhuhu). Akhirnya rasa penasaran terhadap
ending novel tersebut terobati sudah walaupun masih bertanya-tanya siapakah si gadis sebenarnya (yang pernah baca novel
ini pasti paham apa yang saya oceh susahnya menebak-nebak siapakah si gadis, Inong kah???).
Disini saya bukan untuk meresume novel
ataupun meriview "PESANTREN IMPIAN", tetapi saya hanya menuliskan
kekecewaan saya antara novel dengan film.
Sungguh saya kecewa, tak seperti bayangan
saya. Sungguh saya kecewwa (entah berapa kali saya harus katakan). Sungguh saya
kecewa. Baca novelnya dan tontonlah filmnya agar kalian bisa mengerti apa yang
saya rasakan, karena teman saya juga kecewa setelah itu.
Sebenarnya tak dipungkiri setiap novel
yang difilmkan pastilah akan ada perubahan-perubahan. Entah itu dari ceritanya, bahasanya, ataupun
karakter tokohnya. Tapi sayangnya di film ini terlalu jauh perubahannya
sehingga inti dari novel pun tidak tersampaikan.
Di filmn ceritanya malah jadi kayak horor
gitu, ada tokoh-tokoh yang tidak ada di novel, karakter-karakter orangnya juga
berbeda. Jika saya tidak pernah membaca novel “Pesantren Impian” sebelumnya
mungkin saya akan mengatakan film ini bagus. Tapi sayangnya saya sudah membaca
novel ini jauh sebelum menonton filmnya. Sehingga ketika menyaksikan filmnya
yang tidak sesuai ekspetasi saya, saya menjadi kecewa. Kog jadi gini ya jalan
cerita di filmnya, kog beda banget ya dengan di novel?. Huuuhhh pokoknya saya
kecewa. Sehingga saya pun berpesan kepada saya, bahwa jangan pernah berharap pada
sesuatu secara berlebihan. Jangan berharap bahwa sesuatu itu akan sesuai dengan
apa yang kamu harapkan. Karena kecewa yang akan kamu temui. Hahaha
udahlah segitu aja menggambarkan kekecewaan saya...
Pada Intinya : COBA BACA NOVELNYA DULUAN BARU NONTON FILMNYA...
Pada Intinya : COBA BACA NOVELNYA DULUAN BARU NONTON FILMNYA...
Saya pun sama kecewanya dengan mbak hebe
ReplyDelete